Jalurberita.com
– Landasan teori sangat
penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi peneliti tidak
bisa mengembangkan masalah yang mungkin di temui di tempat penelitian jika
tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Dalam skripsi landasan teori
layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila
fondasinya kuat, begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori
penelitian dan metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga
tidak bisa membuat pengukuran atau tidak memiliki standar alat ukur jika tidak
ada landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh
Sugiyono (2012:52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and
error).
Pengertian
Teori
Menurut
Jonathan Turner (dalam babbie,1992) menyatakan bahwa teori dalam ilmu sosial
adalah penjelasan sistematis tentang hukum-hukum dan kenyataan-kenyataan yang
dapat diamati, yang berkaitan dengan aspek khusus dari kehidupan manusia.
Sedangkan Menurut Neuman 2003 (dalam Sugiyono,2012) teori adalah seperangkat
konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antar variabel,
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selanjutnya pengertian teori menurut Djojosuroto Kinayati &
M.L.A Sumaryati, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan
proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep. Kata teori
sendiri memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap bidang pengetahuan, hal itu
tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan
analisis hubungan antara fakta/fenomena yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu
teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi, konstruk, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena yang diperoleh melalui proses sistematis, dan harus
dapat diuji kebenarannya,
bila tidak maka itu bukan teori. Teori semacam ini mempunyai dasar empiris,
dimana harus melalui proses eksperimen, penelitian atau observasi, sehingga teori dapat dikatakan
berhasil. Adapun pengertian dari Asumsi, konsep, konstruk dan proposisi dalam
sebuah teori (menurut Djojosuroto kinayati & M.L.A Sumayati:2004) adalah
sebagai berikut:
Asumsi adalah
suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverivikasi secara empiris. Asumsi
dasar ini bisa memengaruhi cara pandang peneliti terhadap sebuah fenomena
dan juga proses penelitian secara keseluruhan, karena setiap penelitian pasti
menggunakan pendekatan yang berbeda sehingga asumsia dasarnya pun berbeda pada
setiap penelitian.
Konsep adalah
istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau
menyatakan suatu ide ( gagasan ) tertentu.
Teori Manajemen
Strategik.
Menurut
Pearce & Robinson ( 1997 : 20 ), manajemen strategik didefinisikan sebagai
sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai
sasaran-sasaran perusahaan yang terdiri dari 9 (sembilan) tugas penting yaitu :
Merumuskan
misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud keberadaan (urpose),
filosofi ( philosophy ), dan tujuan ( goal ). Mengembangkan profil perusahaan
yang mencerminkan kondisi intern dan kapabilitasnya. Menilai lingkungan eksternal
perusahaan, meliputi baik pesaing maupun faktor-faktor kontektual umum.
Menganalisis
opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber dayanya dengan lingkungan eksternal. Mengidentifikasi opsi yang paling
dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada berdasarkan misi
perusahaan. Memilih
seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand strategy) yang akan
mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
Mengembangkan
sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan sasaran jangka
panjang dan stretegi umum yang dipilih. Mengimplementasikan pilihan
strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada
kesesuaian antara tugas, SDM, struktur, teknologi dan sistem imbalan.
Mengevaluasi
keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang
akan datang. Seperti
ditunjukkan oleh kesembilan tugas tersebut, manajemen meliputi kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan/pelaksanaan dan pengendalian atas
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perusahaan yang berkaitan dengan
strategi. Strategi diartikan oleh para manajer sebagai rencana mereka yang
berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan
lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Strategi adalah
”rencana main” suatu perusahaan. Meskipun rencana itu tidak secara persis
merinci semua pemanfaatan SDM, keuangan dan bahan dimasa mendatang, ia
memberikan kerangka untuk keputusan-keputusan manajerial. Strategi mencerminkan
kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing
melawan siapa dan untuk maksud apa ?
Kepemimpinan
Strategis
Kepemimpinan strategis lazim
disebut juga kepemimpinan visioner yang juga harus memiliki kepemimpinan yang
efektif, dan untuk itu dibutuhkan 4 (empat) Keseimbangan yaitu : Pemimpin harus berhubungan secara terampil dengan pimpinan
dibawahnya dan anggota dalam organisasi yang mengharapkan bimbingan, dorongan
dan motivasi. Pemimpin
harus memanfaatkan lingkungan eksternal secara maksimal dan berhubungan secara
terampil dengan pihak – pihak diluar organisasi yang mempengaruhi keberhasilan
organisasinya.
Pemimpin
harus mampu membentuk dan mempengaruhi semua aspek organisasi.
Pemimpin
harus cerdik dalam menyiasati masa depan, yaitu memperkirakan dan menyiapkan
perkembangan yang cenderung memiliki implikasi kritis terhadap organisasi.
Disamping
itu kepemimpinan yang efektif memiliki 4 (empat) peran / dimensi yaitu sebagai
: (1) penentu arah, (2) agen perubahan, (3) juru bicara, (4) sebagai pelatih.
Pemimpin erat
hubungannya dengan perubahan karena dia harus mampu melihat (sesuatu yang baru)
kemudian merubah / bergerak dan kemudian menyelesaikan perubahan.
Untuk
menghadapi perubahan strategis mutlak diperlukan kepemimpinan strategis karena
tanpa kepemimpinan strategis akan membahayakan generasi yang akan datang.
Menurunnya kualitas organisasi, kinerja tidak meningkat, tidak ada
desentralisasi, dan tidak ada perencanaan strategis sehingga organisasi menjadi
tidak berfungsi.
Jelaslah
bahwa peran pimpinan (kepemimpinan) dalam suatu organisasi begitu penting
karena pemimpin mengemban tanggung jawab, mengusahakan pelaksanaan tugas,
mewakili harapan dan menterjemahkan menjadi kenyataan. Para pemimpin berupaya menyatukan
komitmen para anggotanya menjadi penyeimbang dalam mencapai tujuan organisasi. Sebagai
pimpinan yang bertanggung jawab untuk mengendalikan dan menempatkan semua
sumber daya yang tersedia di dalam organisasinya dalam kaitannya dengan posisi-posisi
yang dipunyai oleh individu-individu dalam sebuah struktur, yang satu sama
lainnya berada dalam suatu kaitan hubungan, sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam struktur tersebut. Sebuah struktur merupakan sebuah satuan yang
terdiri atas peranan-peranan sebenarnya dalam sebuah sistem, pada waktu
peranan-peranan tersebut dilihat sebagai unsur-unsur yang masing-masing berada
dalam hubungan fungsional untuk memproses masukan menjadi keluaran. Konsep
fungsi selalu digunakan dalam kaitannya dengan konsep sistem, yaitu dalam
kaitannya dengan unsur-unsur dalam sebuah sistem yang berada dalam hubungan
fungsional, atau saling mendukung dan menghidupi, yang secara bersama-sama
memproses masukan untuk dijadikan keluaran.
Teori
Komunikasi.
Teori ini
dikemukakan Harold Laswell yang mengatakan bahwa proses komunikasi terdiri dari
beberapa komponen yang saling berhubungan, yaitu:
Who : Orang
yang menyampaikan pesan (komunikator).
Says What :
pesan yang disampaikan (message).
To Whom : penerima
pesan (Komunikan).
In which
channel : saluran yang digunakan (channel).
With what
effect : efek yang timbul akibat proses komunikasi.
Komunikasi
merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi
yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama.
Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat
ditelaah berdasarkan unsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu komunikator,
pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil
kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima
unsur ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan
keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi bisa dilihat dari tujuannya yaitu
tercapai atau tidak. Selain itu, sebelum melakukan komunikasi, kita harus
mengetahui siapa sasaran kita. Dalam hal ini, komunikator memainkan peranan
penting dalam komunikasi. Tujuan dari pesan itu sendiri harus disesuaikan
dengan jenis pesan yang akan disampaikan. Apakah hanya supaya komunikan
mengetahui (metode informative) atau komunikan melakukan tindakan tertentu
(persuasif atau instruktif).
Penjelasan
keberhasilan komunikasi dalam kerangka tujuan menunjukkan betapa pentingnya
elemen komunikator dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Karena dalam
melakukan komunikasi, komunikator harus lebih dulu mengetahui keadaan
komunikan. Keadaan komunikan yang sedang sedih, gembira, dan sebagainya sangat
menentukan keberhasilan komunikasi. Disinilah peran komunikator yang harus
dapat menilai apakah komunikan dalam keadaan siap atau tidak untuk
berkomunikasi. Bila dianalogikan dengan seorang siswa maka naik atau tidak naik
kelas, sebenarnya bergantung pada kemauan siswa itu sendiri. Apabila
komunikator maksimal dalam mengusahakan suatu komunikasi yang baik dengan
mempertimbangkan segenap aspek komunikasi, termasuk media apa yang akan
dipakai, baik itu media primer (dengan cara tatap muka), maupun sekunder
(radio, televisi, surat, dan sebagainya), maka komunikasinya akan berhasil.
Pemilihan
media yang tepat dalam melakukan komunikasi turut memberikan peranan dalam
menentukan keberhasilan komunikasi. Media primer yang paling banyak digunakan
adalah bahasa. Saling pengertian dalam bahasa tidak hanya sebatas kerangka
terjemahan saja, tetapi juga pada kerangka pemaknaan. Lebih lanjut, saling
pengertian ini juga didasari pada faktor frame of reference. Sedangkan dalam
menggunakan media sekunder (surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya),
keefektifan tercapai dalam menjangkau komunikan dalam jumlah yang banyak
(massa). Namun, kelemahan aspek ini adalah hanya sebatas pada pesan yang
bersifat informatif saja. Sehingga umpan balik yang ditimbulkan tidak dapat
diketahui secara langsung.
Umpan balik
yang ditimbulkan dalam proses komunikasi sangat diperlukan sebab memberikan
gambaran kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang
dilakukannya. Jadi, umpan balik (feedback) merupakan satu-satunya elemen yang
dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal.
Keberlangsungan komunikasi yang dibangun sebelumnya ditentukan oleh umpan balik
sebagai bentuk penilaian, dan bila dianalogikan lagi dengan seorang siswa dia
naik kelas atau tidaknya, maka umpan balik adalah sebagai nilai raportnya.
Dengan mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai
komunikator, kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita
tersampaikan atau tidak.
Apakah umpan
balik itu berupa respon negatif ataupun respon positif. Contoh kecil ketika
kita berceramah atau berpidato di depan khalayak umum. Maka kita akan dapat
melihat reaksi apa saja yang dilakukan oleh pendengar di depan kita. Mungkin
ada yang tekun memperhatikan, ada yang mengobrol, ada yang menguap karena
bosan, atau melakukan interupsi atas apa yang kita sampaikan. Semua perilaku
atau reaksi yang dilakukan penonton merupakan umpan balik yang langsung
diberikan kepada kita sebagai komunikator. Dari uraian di atas,
penjelasan-penjelasan tentang peranan unsur-unsur komunikasi dalam menentukan
keberhasilan komunikasi saling berkaitan satu sama lain. Namun, pada dasarnya,
umpan baliklah yang paling menentukan. Hal ini dikarenakan umpan balik sebagai
hakim atau pos terakhir yang dapat memutuskan apakah komunikasi dapat
berlangsung atau tidak.