Mencegah Perkelahian Pelajar Dengan Saka Bhayangkara

“SOP Pembinaan Saka Bhayangkara sebagai penjabaran Perkap Nomor 7 tahun 2008 tentang Implementasi Polmas sangat perlu dioptimalkan”

Jalurberita.comDalam kamus bahasa Indonesia “tawuran” diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar. Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik. a. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. b. Delikuensi sistematik, para pelajar yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

Tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sangat marak terjadi dikota -kota besar. Pelajar sering kali tawuran hanya karena masalah sepele, seperti saling ejek, berpapasan di bus, pentas seni, atau pertandingan sepak bola dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelaian masal dan tak jarang melibatkan penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api. Banyak korban yang berjatuhan, baik karena luka ringan, luka berat, bakan tidak jarang terjadi kematian. Tawuran ini juga membawa dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat didalamnya dan sering berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini tentunya merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Generasi yang diharapkan mampu membawa perubahan bangsa kearah yang lebih baik ternyata jauh dari harapan. Selain itu terjadi tawuran pelajar tersebut juga telah berdampak pada rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga, terganggunya proses belajar mengajar, menurunnya moralitas para pelajar dan hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai dikalangan pelajar.
Tawuran Pelajar  dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut : Faktor keluarga. Berikut ini adalah salah satu faktor penyebab tawuran, yaitu faktor keluarga: 1). Adanya  parenting  yang  otoriter,  di  mana  dalam  pengasuhan  dipenuhi  dengan tindakan  kekerasan  terhadap  anak; 2). Adanya kekerasan yang terjadi antar orangtua, misalnya orangtua kurang harmonis, sering  bertengkar  dan  melakukan  tindak  kekerasan
Faktor sekolah. Sekolah merupakan salah satu faktor penyebab tawuran, berikut ini faktor-faktor penyebab tawuran dari lingkungan sekolah: 1). Adanya kualitas pengajaran yang kurang memadai dan kurang menunjang proses belajar; 2). Adanya guru yang lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai  tokoh  otoriter  yang  seringkali  menggunakan  kekerasan  dalam  “proses pembelajaran” dan “mendidik” siswanya.
Faktor lingkungan. Berikut ini faktor-faktor dari lingkungan sekitar bisa terjadinya tawuran: 1). Adanya lingkungan yang sempit dan kumuh, anggota lingkungan yang berperilaku buruk, misalnya: pemakai narkoba, zat adiktif, pemerasan, pengeroyokan, dan tindakan brutal lainnya; 2). Lingkungan kota (tempat tinggal) yang penuh kekerasan yang hampir setiap hari dan setiap saat disaksikan oleh para remaja, seperti: tayangan buser, TKP, patroli, dll.; 3). Adanya  kelompok  sebaya  (geng)  yang  berperilaku  tidak  baik.
Faktor sumber daya manusia merupakan salah satu hal terpenting dalam optimalnya pelaksanaan pembinaan Saka Bhayangkara oleh Satbinmas Polres X, namun demikian kondisi SDM tersebut belum sesuai dengan harapan yang ditandai oleh berberapa indikator baik pada kuantitas, Kualitas, Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skill), Sikap dan Perilaku (Attitude)
Sistem dan metode pembinaan Saka Bhayangkara merupakan dengan upaya pelibatan komunitas masyarakat termasuk Saka Bhayangkara yang ada di sekolah-sekolah tersebut dapat efektif dan efisien, maka perlu adanya upaya pelibatan pelajar untuk menghimpun, menumbuhkan dan memanfaatkan kekuatan yang bertumpu pada komunitas pelajar, karena itu agar berhasil guna dan berdaya guna tinggi perlu dilakukan melalui penerapan prinsip-prinsip keterpaduan, keberpihakan, pembelajaran dan penyadaran sosial, serta prinsip partisipasi dan untuk itu pula perlu ditempuh melalui pendekatan yang berbasis keamanan sosial (Sosial Base Security Approach). 
setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapan sumber daya manusia Polres X dalam melakukan pembinaan Saka Bhayangkara masih belum sesuai harapan. Untuk itu perlu ditingkatkan dengan melaksanakan program edukasi personel untuk meningkatkan kompetensi personel Satbinmas Polres X dalam melaksanakan pembinaan Saka Bhayangkara; dengan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi personel Satbinmas serta Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pembinaan Saka Bhayangkara sehingga proses pembinaan terlaksana secara profesional.

Sistem dan metode pembinaan Saka Bhayangkara yang sudah dilakukan Polres X guna mencegah terjadinya perkelahian pelajar masih belum optimal. Dengan demikian perlu dioptimalkan dengan Menyusun SOP Pembinaan Saka Bhayangkara sebagai penjabaran Perkap Nomor 7 tahun 2008 tentang Implementasi Polmas; Melaksanakan pembinaan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat khususnya di kalangan Pelajar serta melaksanakan kerjasama lintas fungsi dan lintas sektoral dalam pelaksanaan pembinaan Saka Bhayangkara oleh Satbinmas Polres X.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama