Pembelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

elitKITA.com -Semakin canggih teknologi informasi dan komunikasi serta semakin cepatnya penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), semakin tinggi pula tuntutan bagi lulusan sekolah yang harus memiliki sikap kritis, sistematis, logis, kreatif, dan mau bekerjasama secara efektif serta mampu memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Sekolah sebagai salah satu institusi formal harus dapat bertindak sebagai lingkungan yang dapat memberikan dan menambah pengalaman belajar siswanya.


Proses pembelajaran dengan sistem persekolahan saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal. Akibatnya banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana guru dapat mengemas proses pembelajaran agar dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Lingkungan belajar harus dirancang sedemikian rupa sebagai sumber belajar, sarana dan prasarana pembelajaran harus dimanfaatkan secara optimal sehingga siswa merasa betah dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Menurut Usman (1996:11) bahwa dalam menciptakan kondisi belajar mengajar sedikitnya ditentukan oleh lima variabel, yaitu: (1) menarik minat dan perhatian siswa, (2) melibatkan siswa secara aktif, (3) membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individualitas, serta (5) peragaan dalam pengajaran. Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keberhasilan tujuan, aktivitas siswa sangat diperlukan sebab siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan melaksanakan belajar dengan bimbingan guru Egglestion (dalam Winataputra, 1992:57).

Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, guru diharapkan dapat menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Teknik dan metode yang dipilih harus pembelajaran dalam bentuk pemberian tugas proyek, demonstrasi, pemecahan masalah dan metod 8 siswa. Guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, jenis penugasan dan batas akhir suatu tugas. Selama ini proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu.

Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Misalnya sering guru kecewa melihat hasil ulangan harian yang hanya mendapat daya serap kurang dari 65% atau nilai rata-rata kelas kurang dari 50. kadang-kadang guru merasa prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif, dimana siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar. 

Hasil pengamatan pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi menunjukkan bahwa antusias dan keaktifan siswa masih rendah. Hal ini terlihat pada kecilnya persentase keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi pada ulangan harian juga rendah, yaitu berkisar pada rata-rata 55,15. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah 70,50.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama