KABUPATEN BANDUNG ||elitKita 🇮🇩 ||
– Entah alasan atau dorongan apa yang merasuki pikiran perangkat desa Cibiru Hilir Kabupaten Bandung, hingga mengeluarkan statemen kontroversial bahwa wartawan menurut perspektifnya mempunyai kategori. Menurut klasifikasinya, wartawan yang sebenarnya ketika melakukan liputan tidak berorientasi kepada materi. Tetapi profesional menjalankan tugasnya, bahkan ada penolakan ketika uang jasa peliputan diberikan. Dan, ia memberikan gambaran contoh tentang nama- nama wartawan yang telah disebutkannya berikut nama medianya tempat bernaung.
"Saya juga mempunyai saudara berprofesi wartawan, kalau menurut saya wartawan ada kategorinya, ada wartawan yang benar seperti anu, anu, dia benar memberitakan Bahkan dia tidak mau dikasih uang, ini ongkos ! Udah nggak usah, saya cuma bikin berita !, " ucapnya menirukan.
Untuk kategori wartawan seperti itu, lanjut Agus nama perangkat desa tersebut menjelaskan merupakan kriteria jurnalis yang sebenarnya. Bahkan ia tidak segan mempersilahkan kepada jurnalis tersebut diberikan kebebasan untuk membuat pemberitaan yang menyangkut segala macam informasi yang dibutuhkan mengenai program - program strategis desa terkait Anggaran Dana Desa dan Penggunaan Dana Desa secara transparan /terbuka kepada masyarakat bahkan kepada semua media.
"Pak, saya bikin berita ini, boleh, saya ingin menaikkan desa Cibiru Hilir bahwa disini ada pembangunan ini, silahkan, " tuturnya bercerita.
Lebih lanjut pria yang diketahui menjabat Kaur Keuangan itu, merincikan karakteristik jurnalis berlandaskan pandangannya tatkala kebanyakan yang datang ke kantor desa hanya meminta uang. Kemudian dengan berbagai alasan, ketika pulang minta di kasih amplop, "kata dia, ada juga yang membawa fisik koran yang harus di beli dengan harga yang menurutnya tidak rasional.
"Alasan wartawan meminta uang, apa ? banyak yang minta kesini. sebetulnya kalau secara jujur, datang orang media itu kalau tidak ada hal lain seperti dengan alasan lain yang ujung - ujungnya minta di amplopin. Terus nyampe ngejar - ngejar terus ada yang jual koran, korannya sudah bulan - bulan lalu, dua bulan lalu, tiga bulan lalu harus dibayar dengan harga koran saya tahu 50 persen dengan alasan uang ongkos atau apalah, " terangnya.
Disisi lain Agus juga mempertanyakan, tentang adanya kemitraan dengan berbagai media yang sudah lama terjalin mengenai pengalokasian anggarannya yang secara teknis ia belum memahaminya.
"Ada kemitraan dengan media, saya bikin laporan di buku. Laporannya, tidak puguh. Jadi pengeluaran uang buat media itu maksudnya, apa ?. Anggarannya dari mana, karena saya Kaur Keuangan. Makanya, tahu keluar masuk uang. Uang mana aja dan siapa saja yang harus dikasih, " tutupnya. (Tazeri)
Editor. Tm