Siap - Siap Menjelang Bulan Suci Ramadhan Harga Sembako Meroket, Rakyat Terlilit


𝐎𝐏𝐈𝐍𝐈 𝐏𝐔𝐁𝐋𝐈𝐊

Menjelang bulan suci Ramadan 1445 H, sejumlah harga kebutuhan pokok akan diperkirakan melonjak naik, seperti beras, telur dan ikan asin. Tentunya akan berdampak kebutuhan lainnya, yang diikuti juga harga daging ayam dan daging sapi bisa melambung naik dengan prediksi mencapai angka cukup memberatkan masyarakat. Hal ini, terjadi beberapa hari harga mulai naik Jumat, 1/3/2024. 


Salah satu pedagang sembako mengatakan, bahwa kenaikan harga telur terjadi pada saat momen tertentu. Terjadi seperti kemarin saat pemilu dan sekarang menghadapi sasih saum (bulan Ramadan). Dan, tingginya harga telur ayam ini dikeluhkan oleh para pembeli sehingga membuat pembeli untuk membatasi daftar belanjanya. 


Kenaikan sejumlah bahan pokok ini, semakin memberatkan masyarakat. Sedangkan kunci untuk memperkuat pemulihan ekonomi yang selalu digembar - gemborkan ada pada stabilitas harga, inilah hasil dari penerapan sistem kapitalisme. Peran negara, yang alakadarnya dan solusi tambal sulam yang di berikan tak menuntaskan stabilitas harga. Alhasil masyarakat dibuat makin sengsara, negara seolah-olah sedang berbisnis dengan rakyatnya. Tidak memikirkan, apakah rakyat mampu membeli kebutuhan pokok atau tidak yang penting bertambahnya keuntungan bagi para pemangku kepentingan. 


Pada sistem kapitalisme, materilah yang menjadi acuan utamanya. Minimnya campur tangan pemerintah, menjadi salah satu ciri dari sistem ekonomi kapitalis. Sistem ini, menyerahkan kebebasan kendali ekonominya pada pihak swasta untuk mengambil keuntungan. Sedangkan negara hanya berfungsi sebagai regulator dan menentukan pajak dengan harapan terciptanya kebijakan yang adil.


Namun, kenyataannya masyarakat makin mengalami kesulitan jauh dari kata keadilan. Sangat bertolak belakang dengan bunyi pasal 33 ayat (1) UUD 1945, yakni " Perekonomian  disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan". Dimana lagi letak asas kekeluargaan, jika masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan pokok.


Kebutuhan meningkat, sedangkan pendapatan tidak meningkat. Terlebih lagi, hal ini terjadi pada saat umat Islam akan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Tentu, akan membuat umat merasa terbebani dan tidak maksimal dalam beribadah di bulan suci ini.


Hal ini, membuktikan bahwa manusia itu lemah dan tidak mampu membuat aturan untuk dirinya. Allah lah yang menciptakan manusia, tentunya Allah lah yang Maha Tahu dan berhak untuk mengatur ciptaanNya. 


Sistem ekonomi Islam yang aturannya berdasarkan syariat, jelas berbeda dengan sistem kapitalisme. Sistem ini, sangat menjamin kebutuhan pokok rakyat yang sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk memenuhinya dengan baitul mal sebagai jantungnya dan dinar dirham mata uangnya.


Khalifah Ustman bin Affan ra. Pernah, memberikan insentif kepada umat Islam sebesar 1 dinar (setara dengan 4.25 gram emas) tiap harinya selama bulan Ramadan. Dengan demikian, umat Islam bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan tenang tanpa rasa khawatir akan pemenuhan kebutuhannya. Masyarakat, seakan akan dipaksa kaya dengan menerapkan sistem Islam. Begitulah jika sistem Islam yang diterapkan, dengan izin Allah rakyat akan jauh dari kesengsaraan. "Wallahu a'lam bishawab". (𝐒𝐮𝐫𝐲𝐚𝐧𝐢) 


Editor 𝐓𝐨𝐧𝐢 𝐌𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧𝐚

Oleh : Nurjihaan (Aktivis Muslimah)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama