Rakyat Butuh Pemimpin Pembawa Perubahan


OPINI PUBLIK

Dikutip dari CNN Indonesia, para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, beberapa waktu yang lalu telah menyelesaikan retreat yang digelar di Akademi Militer Magelang Jawa Tengah. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyebut retreat Kabinet Merah Putih di Akademi Militer Magelang, semakin memperjelas orientasi pemerintahan Prabowo-Gibran. "Acara ini, keren banget. Sangat menyenangkan dan menggembirakan, bahwa Pertama, saya merasa retreat ini menambah kejelasan visi, misi dan tujuan serta orientasi pemerintahan yang dipimpin Pak Prabowo, " ujar Raja Juli Antoni.


Para pejabat di KMP, menyatakan siap bekerja setelah pembekalan (retreat) berbau healing di Akmil Magelang. Retreat diadakan untuk menyatukan visi dan misi, membentuk bonding serta team building. Harapan rakyat di ambang pupus, karena aroma perpolitikan yang tidak berpihak pada rakyat mulai bergulir, permainan yang menjanjikan surga hanya mimpi belaka. 


Rakyat bukan hanya butuh pejabat yang disiplin dan sinergi, tapi harus punya visi baru untuk perubahan. Maka dari itu, haruslah mengurai permasalahan sampai pada akarnya. Mengenai pesta demokrasi beberapa waktu lalu, menghadirkan pemimpin yang baru, walaupun masih dalam kendaraan yang sama. Saling menjalin hubungan politik dengan yang tadinya lawan, menjadi ciri khas sistem demokrasi kapitalis. 


Sepanjang yang diterapkan aturan sistem sekuler demokrasi kapitalisme, keadilan dan kesejahteraan tidak akan pernah terwujud. Apalagi faktanya KMP, dibentuk dengan spirit bagi - bagi kue kekuasaan, bukan integritas dan profesionalitas. Adanya tukar guling jabatan antara parpol  menguatkan, hal itu kisruhnya perpolitikan demokrasi ini, merupakan pertarungan politik. Pada dasarnya tidak memihak pada umat atau rakyat, semua berlangsung demi kepentingan pribadi dan kelompok mereka. 


Selain itu juga, sistem demokrasi ini biayanya mahal, para calon pejabat berlomba, merapat pada para oligarki, untuk menjadi sponsor mereka agar bisa naik tahta. Politik ini ibarat transaksional, jual-beli jabatan sana sini dan menjadikan kebijakan sebagai lahan basah untuk mendapatkan cuan dan cuan. Akibatnya, ketika mereka terpilih menjadi pejabat, mereka sibuk untuk mengembalikan cuan sebagai modal yang mereka dapatkan dari para oligarki. 


Dalam Islam, pejabat dipilih sebagai pembantu pelaksanaan tugas khalifah. Mereka dipilih dari orang yang memiliki integritas (syakhshiyah Islamnya tinggi) dan punya kapabilitas, jauh dari konflik kepentingan. Dalam sistem Islam, aturan yang diterapkan adalah aturan Allah SWT., yang sudah pasti dan mengikat semua pihak, baik pejabat, aparat maupun rakyat.  Penerapan aturan Allah SWT., akan menjadikan kehidupan Sejahtera dan terwujud rahmat bagi seluruh alam.


Politik Islam, adalah politik yang sejalan dengan akidah. Ikatan yang terbentuk antara penguasa, rakyat juga ikatan akidah bukan manfaat. Individu yang bergabung dengan pemerintahan, terlibat dalam kepengurusan rakyat, mereka semata-mata untuk mengabdi untuk mengurus umat. Jabatan dalam Islam juga, merupakan amanah untuk mendapatkan pahala. Dan ini, merupakan tanggung jawab yang besar bagi setiap muslim yang ikut berkecimpung di dunia perpolitikan. 


Perihal tanggung jawab yang besar ini, Allah SWT., telah mengingatkan dalam surat cintanya :


يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ


Artinya, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang - orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shad [38]: 26).


Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, ayat ini menjadi dasar bahwa seorang pemimpin harus menjalankan amanah kepemimpinannya dengan penuh rasa tanggung jawab. Balasan untuk pemimpin yang zalim, adalah siksa pedih yang sudah Allah siapkan di akhirat kelak. (Ibnu Kastir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 1988], juz IV, h. 29).



Dalam hadits yang sudah sering kita dengar Rasulullah Saw., pernah menyampaikan :


أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.


Artinya, “Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya serta akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari).


Demikian kiranya Islam memandang terkait kepemimpinan, "wallahu a'lam bishshawab. 


Editor Lilis Suryani.

Oleh : Sumiati

Pendidik Generasi dan

Mahasiswi PAI

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama