Dalam forum KTT Developing Eight (D-8), Presiden Prabowo Subianto menyeru persatuan negara-negara Islam. Memang bagus, tetapi seruan itu terkesan menggurui dan mengabaikan apa yang telah dilakukan negara-negara Islam tersebut, khususnya negara Iran, Mesir, Turki, dan negara-negara di Timur Tengah yang sudah cukup keras mengecam Israel, menurut Smith Alhadar, pengamat dari Timur Tengah.
Sedangkan apa yang dilakukan RI belum seberapa dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan negara-negara D-8, terutama Iran yang sudah dua kali melancarkan serangan ke Israel, serta Mesir dan Turki yang sudah menghentikan kerja sama ekonomi dengan Israel dan bergabung dengan Afrika Selatan di hadapan Mahkamah Internasional untuk menuduh Israel melakukan genosida. Menurut Smith Alhadar, wajar bila ada pemimpin yang walkout karena tersinggung dengan seruan Presiden Prabowo Subianto.
Menurutnya, Presiden RI ini tidak mengikuti perkembangan yang cukup tentang apa yang telah dilakukan negara di kawasan dan mengenai kondisi Gaza. Prabowo secara substansi tidak salah, namun salah tempat dan artikulasinya tidak diplomatis. KTT D-8 seharusnya tidak dijadikan ajang saling menyalahkan, ungkapnya. (22/12/2024.mediaindonesia.com)
Pidato Presiden di Pertemuan Organisasi Kerjasama D-8 di Kairo menyatakan membela Palestina dan mengajak negara-negara Muslim untuk bersatu. Pembelaan terhadap Palestina membutuhkan tindakan nyata, berupa pengiriman pasukan militer, karena sesungguhnya inilah yang dibutuhkan oleh Palestina. Tanpa pengiriman pasukan, pembelaan hanya akan menjadi retorika. Apalagi, Indonesia mendukung solusi dua negara, yang berarti secara tidak langsung menyetujui tanah Palestina dirampok oleh Zionis, dan dengan solusi dua negara ini, Palestina tetap tidak merdeka sepenuhnya.
Terdapat sisi positif harus kita jadikan peluang untuk membentuk kesadaran Islam dari gelombang pembelaan untuk Palestina, yaitu :
Pertama, awal mula malapetaka Palestina adalah ketiadaan khilafah. Bangsa Yahudi migrasi besar-besaran dari Eropa, pencaplokan, pengusiran, hingga penjajahan entitas Yahudi selama 75 tahun terhadap Palestina terjadi tanpa henti. Fakta ini adalah bukti bahwa sekat negara bangsa merupakan penghalang terbesar bagi para penguasa negeri muslim untuk mengirim tentara militernya.
Sejarah inilah yang harus sampai ke tengah umat, bagaimana dulu Palestina hidup damai di saat khilafah masih berdiri tegak dan bagaimana terpuruknya Palestina ketika khilafah runtuh. Tanpa khilafah, Palestina akan tetap terjajah karena permasalahan utamanya adalah berdirinya entitas Yahudi di tanah Palestina, dan kaum Muslimin harus memahami ini.
Kedua, kondisi Palestina saat ini adalah masalah global yang bisa menyatukan perasaan dan pemikiran umat Islam, kecuali untuk mereka yang rasa kemanusiaan dan imannya telah mati. Kunci bangkitnya peradaban dan kejayaan Islam adalah bersatunya umat dalam persatuan akidah Islam. Barometer kondisi umat Islam akan kesadaran pentingnya seorang khalifah bagi umat Islam sedunia dan sekaligus katalisator kebangkitan umat adalah Palestina.
Ketiga, solusi tuntas penjajahan Palestina hanyalah dengan jihad dan Khilafah. Umat Islam harus berjuang untuk memahamkan umat tentang solusi hakiki persoalan Palestina ini. Seorang Khilafah yang akan memerangi dan mengusir Yahudi dari tanah Palestina. Puluhan resolusi PBB, faktanya, tidak berguna jika hak veto AS dan sekutunya digunakan untuk menganulir kemerdekaan Palestina. Jadi, umat tidak perlu lagi berharap pada PBB jika Khilafah sudah tegak.
Faktanya, tanah Palestina adalah tanah kaum Muslim yang diambil paksa oleh entitas Yahudi, dengan dukungan dan persenjataan dari AS. Seandainya negeri-negeri Muslim bersatu mengirimkan tentara dan senjata untuk mengusir penjajah Yahudi, maka bukan tidak mungkin konflik Palestina akan berakhir dan rakyat Palestina mendapatkan haknya.
Sesungguhnya, telah jelas bahwa konflik Palestina adalah konflik agama. Perampasan yang terjadi di Palestina bukanlah konflik kemanusiaan. Tidak cukup hanya dengan mengirim bantuan dana atau memboikot produk yang mendukung Israel.
Kaum Muslim harus sadar bahwa konflik yang terjadi di Palestina adalah konflik Islam, dan hanya dengan cara pandang perspektif Islam, cara satu-satunya. Dengan metode dakwah yang dicontohkan Rasulullah saw, yaitu dengan kepemimpinan Islam, menerapkan aturan Islam secara kaffah di satu institusi negara, hanya dengan ini persatuan negeri-negeri Muslim akan terwujud.
Sejarah telah memperlihatkan bahwa jihad dan khilafah adalah kunci bagi kaum Muslim untuk menghentikan genosida yang menimpa saudara kita di Palestina. Seperti dalam firman Allah SWT, Palestina adalah tanah yang diberkahi:
“Wahai Kaum-Ku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.” (Q.S Al-Maidah: 21)
Dengan ayat tersebut, menguatkan bahwa kemerdekaan rakyat Palestina menjadi tanggung jawab kaum Muslim di seluruh dunia. Karenanya, kaum Muslim tidak boleh berdiam diri; kita harus bergerak memperjuangkan tegaknya Islam kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyah. Umat Islam bisa mengirim pasukan tentara militernya ke Palestina untuk berjihad, mengusir entitas Yahudi dari tanah kaum Muslim, yaitu tanah Palestina, hanya dengan tegaknya Khilafah. Wallahualam bishawab
Penulis : Yuli Yana Nurhasanah