Artikel
Bencana, merupakan serangkaian peristiwa yang disebabkan, baik oleh alam maupun non alam yang dapat mengakibatkan kerugian materi maupun membahayakan jiwa manusia. Berdasarkan pengalaman selama menjadi bagian dari penanggulangan Bencana di Wilayah Provinsi Jawa Barat, sering sekali menemukan hal - hal yang menjadi sebuah kebiasaan buruk pada saat sebagian orang sedang bersedih dan sebagian lagi menjadi ajang berfoto untuk dijadikan konten wisata bencana serta seolah-olah hal tersebut hadirnya mereka di Lokasi bencana menjadi tren kekinian.
Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana menurut UUD NO 24 tahun 2007, bencana dibagi menjadi 3 bagian yaitu Pra Bencana dan Saat Terjadi Bencana serta Pasca Bencana. Mitigasi Bencana yang dilakukan oleh para penggiat bencana, sering mengalami penolakan dan pencegahan dalam pelaksanaannya, padahal hal tersebut mampu mengurangi dampak yang terjadi baik dampak terhadap jiwa maupun materi.
Pada saat terjadi bencana, hal pertama yang harus dilakukan oleh pegiat kemanusiaan adalah hadir dan menghampiri terhadap penyintas (korban terdampak bencana), hal tersebut memberikan ketenangan rasa karena ada yang bisa membersamai dan mendiskusikan tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi kondisi bencana tersebut. Setelah hadir dilokasi bencana, dilanjutkan dengan memberikan kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, perlengkapan tidur, perlengkapan mandi dan perlengkapan Ibadah.
Kebutuhan tersebut, dapat disebarluaskan oleh kita sebagai pegiat kebencanaan, sehingga dapat menginformasikan kedunia luar bahwa kebutuhan penyintas pada saat itu bisa di ketahui oleh para donatur. Hal yang tidak layak ketika sedang melakukan pendistribusian, adalah terlalu banyak yang terlibat dalam pemberian bantuan tersebut.
Padahal yang di bawa tidak sebanyak pengirimnya, contoh Distribusi sembako satu unit mobil dan pengiring nya bisa melebihi dari 5 mobil untuk hadir ke Lokasi. Hal tersebut, dapat membuat system penditribusian tidak akan berjalan dengan baik/tidak efektif. Adapula yang sering melakukan foto selfie dengan memperlihatkan keterpurukan penyintas dan kondisi disekitarnya porak porandan akibat bencana, hal yang demikian selain membuat rasa iba dari penyintas juga dapat menggangu Psikologis kaum penyintas.
Hal yang wajar dalam membantu penyintas, adalah mampu membersamai ketika sedang terjadi bencana, lalu mendiskusikan tindakan apa saja yang harus dilakukan setelahnya dengan mengutamakan kearifan lokal yang tepat menurut para penyintas serta warga lokal untuk menaggulangi proses pasca bencana yang terjadi.
Penulis : FERRY FIRMANSYAH
NIM : 2161201878
Jurusan : Manajemen
Universitas : Institute Teknologi dan Bisnis