OPINI PUBLIK
Sekarang kita berada di pekan pertama Ramadan dengan perasaan sangat bahagia dan bersyukur kepada Allah Swt., masih bisa menjalani ibadah di bulan Ramadan. Menjalaninya dengan penuh ekspektasi dan tidak menyia-nyiakan waktu sedikit pun, karena kita tahu keutamaan - keutamaan yang ada di dalamnya.
Diantara berbagai keutamaanya, adalah mendapat ampunan dosa dan pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw., bersabda : "Setiap amal anak Adam dilipatgandakan, satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat bahkan tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman : 'Kecuali puasa, maka dia adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan balasan baginya, sebab dia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Puasa Ramadan sebagai salah satu perintah Allah Swt., ketika kita menunaikannya. Kita akan mendapatkan banyak kebaikan, bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tapi lebih dari itu, menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan, sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 183 Allah Swt., memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berpuasa sebagaimana telah diperintahkan kepada orang - orang sebelumnya agar menjadi orang - orang yang bertakwa.
Puasa memiliki nilai substansi, sebagai pengendalian diri dari hawa nafsu. Karena puasa berasal dari kata imsak, yang berarti menahan dan kalf yang bermakna mencegah dari sesuatu yang dilarang, termasuk tidak makan dan minum, berhubungan suami istri dengan sengaja pada siang hari. Kalau di bulan lain, semua itu boleh atau halal dilakukan kapan pun, tapi di tahan pada siang hari sebagai bentuk keta’atan pada perintah dan menjauhi larangan Allah Swt.
Selain puasa, ibadah lain pun dilakukan dan diperbanyak, tidak hanya meningkatkan yang sunnah seperti tadarus Al-Qur’an, sedekah, shalat sunnah, menyiapkan sahur atau berbuka dan sebagainya. Tetapi juga menyegerakan amalan yang wajib, seperti shalat wajib, mengkaji islam, berdakwah, berbakti pada orangtua, dan sebagainya. Maka, demi meraih berbagai pahala dan kebaikannya untuk meningkatkan ketakwaan kita pada Allah Swt.
Saat kita berpuasa, hendaknya kita benar - benar menjadikan puasa menjadi ibadah yang berdampak pada perbuatan kita selama Ramadan dan setelahnya, karena keberhasilan puasa Ramadan terlihat di 11 bulan yang lain, masihkah kita istikamah mengerjakan semua amal ibadahnya dan menjaga diri dari segala yang diharamkan oleh Allah Swt., ?
Jangan sampai, puasa dan amalan - amalan kita saat Ramadan tidak berpengaruh pada bulan - bulan setelahnya. Rasulullah Saw., bersabda, “Kam min shoimin laisa lahu min shoumihi illa-l-ju' wa-l-'athos, artinya betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga."
Sungguh disayangkan, jika ketakwaan kita pada Allah Swt., hanya berhenti saat Ramadan saja. Oleh karena itu, diperlukan ke istikamahan dari tiap individu kita untuk senantiasa ta’at pada Allah Swt., setiap saat. Lingkungan masyarakat, berpengaruh menjadikan kondisi Ramadan senantiasa terpelihara dengan membudayakan amar makruf nahi munkar.
Begitupun dengan negara yang memiliki kontribusi besar menjadikan setiap rakyatnya, khususnya yang muslim untuk senantiasa ada dalam ketakwaan kepada Allah Swt., dengan menerapkan hukum yang berasal dari Allah Swt., dalam mengatur seluruh aktifitas manusia, sehingga keberkahan di dunia dan akhirat akan didapatkan.
Seperti yang dijanjikan Allah Swt., dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf Ayat 96 :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negeri - negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat - ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Editor Lilis Suryani.
Oleh : Ummu Fahhala
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)