Jakarta – TikTok mengumumkan investasi besar-besaran di Thailand dengan nilai fantastis, mencapai USD 8,8 miliar atau sekitar Rp132 triliun. Investasi ini akan digunakan untuk membangun pusat data dalam lima tahun ke depan. Namun, keputusan TikTok ini memicu tanda tanya besar—mengapa Thailand dipilih, bukan Indonesia?
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan bahwa salah satu alasan utama yang membuat investor enggan menanamkan modal di Indonesia adalah maraknya aksi premanisme dan permintaan jatah proyek oleh oknum organisasi masyarakat (ormas). Kondisi ini dinilai menciptakan ketidakpastian dalam dunia usaha dan merusak iklim investasi di Tanah Air.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menegaskan bahwa tekanan dari aksi premanisme ini bukan hanya membebani dunia usaha, tetapi juga mencoreng citra Indonesia di mata investor global. "Ketidakpastian dalam berbisnis akibat aksi seperti ini bisa membuat investor berpikir ulang sebelum menanamkan modalnya di Indonesia," ujar Shinta.
Menurutnya, praktik pemerasan oleh oknum tertentu tidak hanya merugikan perusahaan, tetapi juga berdampak buruk terhadap daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi. Jika tidak segera ditangani, hal ini bisa menjadi faktor utama yang membuat investor lebih memilih negara lain yang menawarkan stabilitas dan kepastian hukum yang lebih baik.
Dengan kehilangan potensi investasi ratusan triliun rupiah, Indonesia harus segera bertindak untuk memperbaiki iklim investasinya. Jika tidak, semakin banyak investor global yang akan mengalihkan dananya ke negara lain yang dianggap lebih aman dan kondusif.
🔍/sumber: suara.com
🔍/sumber: pakindro
Benk•Benk